Sunday, August 11, 2024

Pengalaman Terapi Wicara dan Terapi Okupasi di Klinik Tumbuh Kembang RS Hermina Bogor



Halo semuanya.. kali ini saya mau cerita tentang perkembangannya Yaya. Total sampai saat ini sudah 3 kali konsul ke dokter rehab medik. Untuk cerita awalnya bisa dibaca di sini ya. Sebenarnya sudah dari konsul kedua, dokter meyarankan untuk terapi di Klinik Tumbuh Kembang (KTK). Cuma waktu itu saya nego, kalau stimulasi di rumah aja apakah boleh. Dan dokter pun memperbolehkan. Nah, pas tanggal 17 Januari 2024 kemarin, di kontrol ketiga dokter menyarankan kembali untuk terapi di KTK. Akhirnya saya iya-kan. 


Saat ini sebenarnya perkembangan Yaya sudah banyak sekali. Sudah mulai bisa merangkai kata yang terdiri dari 3-4 kata. Tapi kalimatnya itu-itu saja, belum bervariasi. Hanya di seputar kalimat : "Mama, Yaya mau mamam/minum". Kosakatanya juga sudah bertambah banyak sekali. Tapi masih ada aja yang kurang jelas atau hanya bisa ujung-ujungnya aja. Misal kucing jadi ci. Macan jadi cacan. Tolong jadi lolong. Mandi jadi nyanyi. hehe.. Di usianya Yaya yang sudah 2,5 tahun mungkin hal-hal tsb harusnya sudah mulai berkurang ya. Tapi di Yaya baru saja timbul. 


Oia, disclaimer dulu, Yaya ini speech delay murni / late talker. Yaitu keterlambatan bicara tanpa ada gangguan lainnya. Jadi, fokus, kemampuan pra wicara dan pemahaman Yaya sudah bagus. Tinggal verbalnya aja yang belum maksimal. 


Dokter merujuk untuk terapi wicara dan terapi okupasi di KTK RS Hermina Bogor. Singkatnya, terapi wicara itu untuk melatih bicaranya dan okupasi itu untuk melatih fokusnya. Padahal saya merasa fokusnya Yaya baik-baik saja. Ternyata itu nyambung dengan terapi wicara. Terapi okupasi untuk melatih fokus agar terapi wicaranya bisa maksimal.


Alur Terapi di Klinik Tumbuh Kembang (KTK) RS Hermina Bogor

Awalnya ketika saya mulai merasa ada yang ganjil dengan kemampuan berbicaranya Yaya, saya langsung kepikiran untuk datang ke KTK. Kebetulan saya tahu kalau di RS Hermina ada KTK. Saya langsung cek aplikasi Hermina untuk cari tahu tentang jadwal dan pendaftaran ke KTK. Ternyata setelah saya cek tidak ada KTK Hermina Bogor. Untuk KTK hanya tersedia di cabang Hermina kota lain. 


Ketika Yaya ada jadwal vaksin, saya sekalian tentang KTK ke suster yang bertugas. Kata suster tersebut, KTK di Hermina Bogor menerima pasien sesuai perjanjian jadi tidak ada di aplikasi. Jika ingin ke KTK harus ada rujukan dulu dari dokter. Jadi, awalnya saya konsul dulu ke dokter anak, lalu dokter anak merujuk ke dokter rehab medik. Barulah dari dokter rehab medik dapat rujukan untuk terapi di KTK. Masih ada yang bingung ga kenapa konsul speech delay ke dokter rehab medik? Udah saya ceritain di sini ya.


Saat dokter rehab medik menyarankan untuk terapi dan pasien menyetujui, maka pasien akan mendapat surat rujukan untuk terapi. Kalau Yaya dapat 2 ya surat rujukannya, untuk terapi wicara dan terapi okupasi. Terapinya 2 x 1 minggu selama 1 bulan. Berarti untuk 2 macam terapi, ada 16 sesi ya dalam 1 bulan. Nah, nanti kita kasih surat rujukan tersebut ke KTK. Kebetulan kalau di Hermina Bogor, ruang dokter rehab medik berada satu lantai dengan KTK. Jadi bisa sat set ya. Hehe.. 


Waiting List

Saat registrasi di KTK, saya diberitahu kalau ternyata terapi di sini jadwalnya sudah penuh dan saya masuk ke daftar tunggu / waiting list. Jadi, Yaya belum dapat jadwal terapi yang pasti. Masuknya ke jadwal on call, akan dihubungi ketika ada jadwal kosong atau ada pasien lain yang tidak bisa hadir. Jadi saya harus siaga untuk nunggu WA dari pihak KTK RS Hermina Bogor. Kebetulan nih sebelumnya saya sempet ngobrol dengan ibu salah satu pasien yang akan terapi wicara. Katanya jadwalnya penuh,  harus nunggu di WA dulu, paling sebulan cuma 1x dapet jadwal terapinya. 


Wah, berarti kalau jadwalnya on call gini, 16 sesi terapi Yaya ga akan selesai dalam 1 bulan ya. Hmm.. tapi ga apa-apa yang penting kita ikhtiar ya. 


Terapi Wicara

Hari Sabtu, 20 Januari 2024 jam 8.00 pagi saya dapat WA dari KTK RS Hermina Bogor. Jadi hari itu Yaya dapat jadwal untuk terapi wicara jam 13.15. Wah, kaya mimpi rasanya. Hehe.. Kebetulan banget hari itu kami belum ada rencana apa-apa siangnya. Jadi yesss, kami konfirmasikan kehadiran kami. Alhamdulillah dapat jadwal *terharu..


Oia, fyi kalau kita dapat WA dari KTK mengenai jadwal terapi terus kalau kebetulan waktunya kurang pas dan kita tidak bisa hadir, masih bisa reschedule kok. Jadi konfirmasi kalau tidak bisa hadir, nanti akan dihubungi lagi ketika ada jadwal kosong lainnya.


Singkat cerita, kami dengan riang berangkat ke RS Hermina Bogor jam 12 siang. Sampai di sana ke lantai 5 dulu untuk melakukan pendaftaran. Jangan lupa untuk mengambil nomor antrian dulu. Antrian untuk pembayaran pribadi dan jaminan (asuransi) dipisahkan. Kalau saya kebetulan pakai asuransi dari kantor suami. Setelah itu tunggu sampai nomor kita dipanggil.  Surat rujukannya jangan lupa dibawa dan nanti akan ditanya siapa terapisnya. Oia, nama terapisnya akan diiformasikan dalam WA tadi ya. 


Setelah pendaftaran selesai bisa langsung naik ke lantai 6. Karena hanya 1 lantai, saya dan Yaya biasanya naik lewat tangga. Setelah itu tengok kiri, di situ ada pintu bertuliskan Instalasi Rehabilitasi Medik, masuk deh ke situ. Setelah masuk datangi meja registrasi dan sampaikan kalau kita akan terapi jam berapa dengan terapis siapa. Terus nanti surat rujukan dan lainnya (form dari tempat pendaftaran tadi) di simpan di meja registrasi tsb).


Setelah itu kita tinggal tunggu dipanggil oleh terapis yang bersangkutan. Di sana ada beberapa ruangan. Yang terlihat oleh saya ketika itu ada ruang terapi wicara, terapi okupasi dan fisio. Masing-masing ruangan tertutup rapat dengan jendela kecil sekali. Jendela tsb buat ngintip ke dalam. Jadi orang tua bisa sedikit-sedikit melihat keadaan anaknya di dalam. Oia, udah pada tau belum kalau terapi begini orang tuanya ga boleh ikut ke dalam. Jadi anaknya bener-bener sendiri sama terapisnya aja. Itu yang bikin saya deg-degan. Takut selama sesi terapi isinya nangis doang. Yaya emang suka nangis kalau disapa sama orang yang ga dia kenal, apalagi ini ditinggal berdua doang sama orang yang tidak dikenal. Apa ga akan kejer nangisnya? huhu..


Terapisnya Yaya waktu itu dengan Pak Iryan (yang ternyata dipanggilnya Pak Ade). Dari tempat saya duduk keliatan tuh ada pintu bertuliskan Ruang Terapi Wicara (Nama Terapis : Iryan). Wah saya pikir nanti Yaya terapi di ruangan itu. Makanya saya perhatiin bener-bener itu ruangan. hehe.. Sekitar jam 13.15 terapisnya keluar dari ruangan tsb bersama seorang anak. Ybs langsung menghampiri ibu si anak dan mereka pun mengobrol. Setelah saya perhatikan memang setiap terapis yang sesinya sudah berakhir, mereka langsung ngobrol dengan orang tua / wali anak tsb. Kayanya ngobrolin tentang progress si anak ya. 


Setelah selesai mengobrol, sang ibu pamit, lalu dipanggil lah nama Yaya oleh terapis tsb. Saya tanya boleh masuk ngga. Katanya kalau baru pertama kali pengantarnya boleh masuk tapi hanya 1 orang aja. Akhirnya saya ikutan masuk. Btw, saya udah sounding ke Yaya kalau nanti kita akan main di dalam ruangan itu, ditemenin sama Om Iryan. Maksudnya biar Yaya ga kaget jadi nangisnya bisa kekontrol lah ya. hehe.. Saya masuk ke ruangan yang cukup kecil dengan matras dan kaca besar serta ada kontainer besar yang berisi mainan. Saya dipersilahkan duduk di kursi kecil sementara Yaya di matras dengan ybs. Pak Ade nyodor-nyodorin berbagai mainan tapi apa yang terjadi? Wkwk..


Dan bener kan Yaya nempel mama terus. Ditawarin mainan pun ga mau, disapa sama terapisnya auto nangis. Wkwkwk.. Karena Yaya belum mau bergerak jadi terapisnya nanya dulu keluhannya apa. Cerita lah aku dari awal banget. Ybs juga minta liat videonya Yaya yang lagi ngomong. Lalu terapisnya kaya ngasih tips -tips gitu. Apa aja yang harus dilakukan. Katanya Yaya ini speech delay murni, ga ada gangguan lainnya. Dia bisa tau setelah merhatiin Yaya sambil ngobrol sama saya tadi. Fokus dan perhatiannya bagus, bisa menerima perintah, kontak mata juga ada, kemampuan pra wicaranya juga udah oke. Jadi yang perlu dimaksimalkan / dilatih adalah kemampuan verbalnya aja. Beliau juga menyampaikan kalau di sana terapinya menggunakan play methode, jadi sambil bermain gitu. Jangan bayangin terapinya serem ya. hehe.. 


Di tengah obrolan, Pak Ade nawarin pindah ruangan ke yang lebih besar. Siapa tau Yaya jadi mau main. Di ruangan yang baru ini ada mainan-mainan besarnya kaya kolam bola, panjant-panjatan, perosotan dll. Tapi tetep dong Yaya belum main. Kata Pak Ade gak apa-apa ga usah dipaksa. Anak-anak lain juga begini di awal terapi. Bahkan ada yang lebih parah. 


Jadinya selama 45 menit sesi terapi, Yaya ada di pelukan mama gak ngapa-ngapain. Jadinya mama yang buka sesi curhat sama Pak Ade. 

Selama kurleb 45 menit ngobrol, berikut adalah garis besarnya (saran dari terapis) :

1. Ajarkan huruf konsonan M,P,L,B 

2. Ajak anak ngobrol yang panjang, jangan ditanya/dipaksa. Buat senatural mungkin sambil main.

3. Tidak apa-apa kita bicara sendiri, biar anaknya dengerin aja. Nanti lama-lama akan nempel ke si anak.

Setelah selesai dari KTK. Lanjut ke kasir untuk bayar di lantai 5. Kertas-kertas yang tadi kita bawa diserahkan ke kasir dan tunggu dipanggil. Biaya terapi wicara sekitar Rp 130.000.



Terapi Okupasi

Setelah terapi wicara di hari Sabtu, saya mendapat WA lagi untuk terapi okupasi di hari Selasa. Kali ini terapisnya dengan Pak Apri. Dapat jadwal jam 11.00. Alhamdulillah saya ga ada halangan/keperluan lain di waktu tsb. 


Jam 10.30 saya sudah sampai di klinik. Terus sounding sama Yaya, "Nanti main lagi ya sama om, di dalem ya". Dan dengan lantang Yaya bilang, "NO!". Wkwkw.. Dag dig dug rasanya takut Yaya belum bisa diajak sama terapisnya. Cuma yaudah pasrah aja. 


Belum jam 11 tepat, saya sudah dipanggil terapis. Wah lebih cepat mulainya. Asiikkk.. hehe.. Terapisnya, Pak Apri bilang karena kemarin Yaya sudah pernah terapi, jadi kali ini masuk ruangannya sendiri aja. Duh perasaan saya jadi campur aduk. Tapi yaudalah. Sampai buka sepatu, Yaya masih aman. Pas pintunya ditutup tentu saja menangis. Heu..


Saya takutnya cuma satu, 45 menit kebuang sia-sia padahal dapetin jadwalnya ga tentu. Heu.. Tapi yaudalah ya. Kan semua berproses. Saya sempet intip-intip ke ruangannya. Ternyata Yaya lagi digendong, ga mau main kayanya dia. Heu.. 


Akhirnya selesai juga sesi terapinya dan Yaya bersama Pak Apri keluar ruangan. Di sini Pak Apri bilang kemampuan bicaranya Yaya sudah cukup bagus, sudah nyambung kalau ditanya apa ngejawab. Ada beberapa hal yang jadi highlight :

1. Kemampuan sosialisasi Yaya masih kurang. Jadi disarankan Yaya untuk dilatih sosialisasinya dengan cara main peran sama kakak-kakak dan Yaya ikut terlibat, ga cuma ngikut-ngikut atau ngeliatin aja. Ajak jalan-jalan ke tempat rame. 

2. Terlalu bonding sama mama. Disarankan agar Yaya ditinggal dengan orang yang dipercaya selama 1-2 jam ga ketemu mama. Kalau nangis biarin aja, ga apa-apa. 

3. Keseimbangan masih kurang. Disarankan latihan keseimbangan di rumah. Kebetulan di rumah ada balance board. Jadi bisa pake itu. 


Akhirnya sesi terapi okupasi hari itu selesai juga. Walaupun Yaya ga ngapa-ngapain tapi mama jadi dapet ilmu dan saran dari terapis buat diterapin di rumah. Biaya okupasi terapi sekitar Rp 144.000. Dan saya membayar menggunakan asuransi. 


Demikian




No comments:

Post a Comment